Sabtu, 14 Agustus 2010

Singkirkan Racun Dalam Pikiran Anda ..

Li-li menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Dalam waktu singkat, Li-li menyadari bahwa ia tidak dapat cocok dengan ibu mertuanya dalam segala hal. Kepribadian mereka berbeda, dan Li-li sangat jengkel dengan ibu mertua. Li-li dikritik terus-menerus bahkan karena hal-hal yang kecil dan remeh.

Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-li dan ibu mertua tidak pernah berhenti konflik dan bertengkar. Keadaan jadi tambah buruk, karena berdasarkan tradisi Cina, Li-li harus taat kepada setiap permintaan sang mertua.Hal ini membuatnya semakin tertekan.

Akhirnya, Li-li tidak tahan lagi dengan temperamen buruk dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.Daripada dia menjadi gila karena menghadapi perilaku mertuanya yang sudah melewati batas kesabarannya.

Li-li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr Huang, seorang tabib yang terkenal. Li-li menceritakan apa yang dialaminya dan meminta kalau-kalau Mr Huang dapat memberinya sejumlah racun supaya semua kesulitannya selesai.

Mr Huang berpikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, Li-li, saya akan menolong, tapi kamu harus mendengarkan dan melakukan semua yang saya minta.

Li-li menjawab, "Baik, saya akan melakukan apa saja yang anda minta."
Mr Huang masuk kedalam ruangan dan kembali beberapa menit kemudian dengan sekantong jamu.

Dia memberitahu Li-Li, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bereaksi cepat untuk menyingkirkan ibu mertuamu, karena nanti orang-orang akan curiga. Karena itu saya memberimu sejumlah jamu yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu.

Setiap hari campurkan sedikit jamu ini pada makanan mertuamu. Nah, untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang mencurigaimu , kamu harus berhati-hati dan bertindak dangan sangat baik dan bersahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan perlakukan dia seperti seorang ratu."

Li-Li sangat senang.Baginya ini jalan satu-satunya agar hidupnya terbebas dari penderitaan. Dia kembali ke rumah dan memulat rencana yang buruk untuk mertuanya.

Minggu demi minggu berlalu, dan berbulanbulan berlalu, dan setiap hari, Lili melayani ibu mertua dengan masakan yang dibuat secara khusus.

Li-Li ingat apa yang dikatakan Mr Huang tentang menghindari kecurigaan, jadi Li-Li mengendalikan emosinya, mentaati ibu mertua, memperlakukan ibu mertuanya seperti ibu-nya sendiri dengan sangat baik dan bersahabat.

Setelah eman bulan, seluruh rumah berubah. Li-li telah belajar mengendalikan emosi-nya begitu rupa sehingga hampir-hampir ia tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak berdebat sekalipun dengan ibu mertua-nya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah ditemani

Sikap ibu mertua terhadp Li-li berubah, dan dia mulai menyayangi Li-li seperti anaknya sendiri. Dia terus memberitahu teman-teman dan kenalannya bahwa Li-li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Li-li dan ibu mertuanya sekarang berlaku sepertu ibu dan anak sungguhan. Lama-lama Lili juga menyayangi ibu mertuanya. Dan merasa bersalah karena telah mencampur racun ke dalam makanan mertuanya.

Satu hari, Li-li datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, "Mr Huang, tolonglah saya . beri saya penawar racun yang saya berikan kepada ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi wanita yang baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati karena racun yang saya berikan."

Mr. Huang berkata "Li-li, tidak usah khawatir. Saya tidak pernah memberimu racun. Jamu yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesehatannya.

Satu-satunya racun yang pernah ada ialah didalam pikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semua sudah lenyap oleh kasih yang engkau berikan padanya." Kata orang tua itu dengan bijak.

sumber : unknown ( dengan edit)

oOO

"Tidak ada balasan untuk kebaikan, selain kebaikan (pula)."
(QS. Ar-Rahman : 60)


Itulah sunnatullah dan telah menjadi hukum sosial : Sebagaimana perlakuan kita terhadap orang lain , maka mereka akan memperlakukan hal yang sama terhadap kita 

Secara umum di negara-negara Asia memiliki tradisi yang sama yaitu jika seorang perempuan menikah maka dia wajib tinggal bersama keluarga suami dan mengikuti semua aturannya.

Lalu bagaimana dengan syari’at Islam...? Di dalam syari’at Islam, ketika seorang perempuan menikah maka dia menjadi tanggung jawab suaminya. Sedangkan jika laki-laki yang menikah, maka dia tetap milik “Orang tua”nya.
Suami yang baik, penuh kasih dan bertanggung jawab tidak lahir dengan sendirinya, tapi dilahirkan dari rahim ibunya dan dibesarkan dengan limpahan kasih sayang oleh beliau. Jadi kita sebagai seorang istri tidak bisa serta merta mengklaim, bahwa seorang suami adalah milik kita sendiri. 

Dari Abdullah bin Umar berkata, “Saya mempunyai seorang istri yang saya cintai, namun Umar membencinya, dan dia mengatakan kepadaku, “Ceraikan dia.” Saya pun enggan untuk menceraikannya. Maka Umar datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lalu menyebutkan kejadian itu, maka Rasululah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadaku,”Ceraikanlah dia.” (HR.Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’I, Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dan beliau menshohihkannya. Berkata Tirmidzi: “Hadits ini Hasan Shohih.”)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Chat Room